Di Indonesia, pada 25 Januari diperingati
sebagai Hari Gizi Nasional. Peringatan ini berawal sejak awal kemerdekaan untuk
memperbaiki gizi di awal kemerdekaan. Pada saat itu, banyak masyarakat
Indonesia yang memiliki kondisi gizi kurang baik. Hari Gizi Nasional masih
dirayakan dengan tema penuh makna yang mengajak masyarakat sadar akan
pentingnya asupan makanan bergizi untuk tubuh. Selengkapnya, simak 4 fakta Hari
Gizi Nasional yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Mulai dari sejarah hingga
tema peringatan Hari Gizi Nasional 2021.
1.
Berawal
dari kurangnya kesadaran tentang gizi
Kesejahteraan masyarakat yang kurang merata dan minimnya pengetahuan seputar gizi menjadi faktor kondisi gizi masyarakat yang memprihatinkan pada awal kemerdekaan. Melihat kondisi kesehatan masyarakat seperti itu, Johannes Leimana yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia menugaskan Prof. Poorwo Soedarmo untuk membantunya dalam menanggulangi permasalahan gizi buruk. Dari beberapa program yang sudah disusun, program utamanya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia. Namun, banyak masyarakat yang saat itu masih belum bisa membaca dan menulis. Hal itu lantas tak menurunkan semangat Prof. Poorwo Soedarmo. Prof. Poorwo Soedarmo mengumpulkan kader-kader yang bertugas untuk memberi pengetahuan akan pentingnya gizi secara langsung kepada masyarakat. Sebelum diterjunkan ke masyarakat, para kader sebelumnya dibekali dengan ilmu gizi dengan didirikannya Sekolah Djuru Penerangan Makanan. Lihat Foto Ilustrasi sayur dan buah yang mengandung gizi tinggi.
2.
Berdirinya
Sekolah Djuru Penerangan Makanan
Di Sekolah
Djuru Penerangan Makanan atau disingkat dengan SDPM, para kader diberikan
pendidikan mengenai gizi. Bukan hanya itu saja, para kader juga diajak
melakukan penelitian mengenai penyakit yang bisa diakibatkan karena pola makan
dan makanan pada masyarakat Indonesia. Berdirinya SDPM pada tanggal 25 Januari
1951 yang mana di tanggal yang sama selalu diperingati sebagai Hari Gizi
Nasional.
3.
Bapak
Gizi Nasional Indonesia
Semangat dan keteguhan Prof. Poorwo Soedarmo dalam memperkenalkan dan mengembangkan pengetahuan gizi di Indonesia membuat namanya harum dikenal sebagai Bapak Gizi Nasional. Pengakuan sebagai Bapak Gizi Nasional didapatkan Prof. Poorwo Soedarmo dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia pada tahun 1969. Prof. Poorwo Soedarmo semakin bersemangat dalam mengembangkan ilmu gizi dengan membuka bagian Ilmu Gizi pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1975.
4.
Peringatan
Hari Gizi Nasional 2021
Mengintip panduan kegiatan Hari Gizi Nasional dari laman Kemenkes, tema tahun ini adalah Remaja Sehat Bebas Anemia “Gizi Seimbang, Remaja Sehat, Indonesia Kuat”. Berdasarkan Riskesdas 2018 yang mana menunjukkan 3-4 dari 10 remaja Indonesia menderita anemia. Hal itu dipengarungi oleh asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktivitas fisik. Dengan memanfaatkan momentum Hari Gizi Nasional pada 2021, diharapkan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat agar bisa bergandeng tangan untuk meningkatkan perbaikan gizi pada remaja Indonesia. Dalam panduannya, ada 8 kegiatan yang berlangsung selama bulan Januari 2021. Salah satu di antaranya menyelenggarakan webinar tentang "Makan Bergizi Seimbang, Remaja Sehat" yang berlangsung secara daring melalui Zoom dan YouTube pada 28 Januari 2021.
sumber : https://www.kompas.com/food/read/2021/01/25/090400675/hari-gizi-nasional-2021-simak-4-fakta-mulai-sejarah-hingga-peringatan-tahun?page=all
CERPEN
PERI MAKANAN
Di negeri Wales
Selatan, di kota Aberdare, hiduplah seorang gadis kecil bernama Georgia.
Georgia sangat suka makan. Semua makanan dilahapnya. Hingga, tubuhnya sangat
gemuk. Bahkan Georgia sering memenangkan lomba makan.
Anak-anak
memanggil Georgia sebagai “Si gemuk dari Selatan”. Tapi Georgia tidak pernah
menanggapi ledekan teman-temannya itu. Hingga suatu hari, ketika teman sekolahnya
yang bernama “Will” lupa membawa bekal dari rumah, Georgia memberinya roti
gandum dengan parutan keju dan mentega di dalamnya.
Tetapi Will malah
marah dan berkata, “Aku tidak mau makan, makanan darimu! Nanti aku akan berubah
menjadi balon raksasa sepertimu!” ucapnya sambil membuang roti gandum itu ke
tanah, hingga rotinya menjadi kotor.
Georgia sangat
sedih mendapat perlakuan seperti itu, padahal dia berniat baik. Tetapi yang
membuatnya semakin sedih karena dia mendengar roti gandum itu menangis.
“Roti gandum,
kenapa kau menangis seperti itu? Suaramu sangat menyayat hati,” tanya Georgia
pada roti gandum.
“Aku sedih karena
sekarang tubuhku kotor, tentu tidak ada yang mau memakanku lagi. Padahal,
kebahagiaan setiap makanan bila dimakan sampai tidak bersisa,” jawab roti
gandum dengan terisak-isak.
“Roti gandum,
jangan bersedih, aku akan memakanmu sampai habis,” janji Georgia. Lalu
dibersihkannya kotoran yang menempel pada roti gandum itu, kemudian melahapnya.
Georgia sering
melihat teman-temannya menyisakan makanan, hingga Geogria selalu mendengar
mereka menangis. Georgia lalu mengumpulkan makanan-makanan itu. Sebagian
dimakannya, sebagaian ia berikan pada burung-burung, kucing, atau binatang
apapun disekitarnya yang terlihat kelaparan. Karena itu para binatang sangat
sayang pada Georgia.
Suatu hari, pada
pelajaran olahraga, Ibu Guru menyuruh anak-anak untuk melakukan lompat atletik
dengan melewati galah. Satu-satunya yang gagal melewati galah hanyalah Georgia.
Karena tubuhnya terlalu besar hingga membuatnya sulit untuk meloncat. Melihat
itu, teman-temannya malah menertawakannya terbahak-bahak. Untuk pertama kalinya
Georgia menyesali keadaan dirinya.
“Ah, andai aku memiliki tubuh yang kecil, tentu aku bisa terbang sebebas
burung. Mengelilingi negeri awan, dan bercanda dengan mentari.” Ucapnya dalam hati.
Tapi Georgia tidak
bisa berhenti makan, tubuhnya masih saja terus bertambah besar. Melihat itu,
teman-temannya suka menjahili Georgia dengan menyimpan cermin besar di meja
belajarnya di sekolah. Setiap kali Georgia melihat cermin itu, Ben, Will, dan
Ricard akan meledeknya. Kemudian Georgia akan menjerit dan menyesal setiap kali
makan. Akhirnya, Guru mereka, Irene, melerai Ben, Will, dan Ricard.
“Ben, Will, dan
Ricard, kalian kemarilah,” ucap Guru Irene.
Ketika Ben, Will,
dan Ricard datang, diletakannya cermin besar di depan mereka. Cermin itu adalah
cermin yang biasa mereka simpan di meja Georgia.
“Ben, Will, dan
Ricard, apa yang kalian lihat di dalam cermin ketika Georgia bercermin disana?”
tanyanya lembut.
“Anak yang gemuk,”
jawab Ben malu-malu
“Georgia yang
rakus,” jawab Will lantang
“Rak … sasa,”
jawab Ricard ragu-ragu
“Hmmm … baiklah …
sekarang, apa yang kalian lihat ketika bercermin?” tanya Guru Irene lagi.
“Aku melihat
diriku sendiri, Ben, dan juga Ricard,” jawab Will cepat.
“Aku juga sama
Bu,” jawab Ben
“Tentu saja hanya
ada kami Bu,” jawab Ricard dengan suara pelan.
Ketiga anak itu
nampak kebingungan dengan pertanyaan-pertanyaan Guru Irene. Apa maksud ibu guru
mereka itu?
“Kenapa aku hanya
melihat tiga anak jahil yang suka menjahati temannya sendiri. Mereka tampak
seperti nenek sihir yang jahat,” ucap Guru Irene yang membuat Ben, Will, dan
Ricard menjadi tersipu-sipu malu.
“Jika kalian hanya
melihat tampilan luar seseorang saja, maka orang lain pun akan melihat hal yang
sama pada diri kalian. Jika kalian hanya melihat kekurangan seseorang, maka
orang lain pun akan selalu mencari kekurangan kalian,” jelas Guru Irene.
Ben, Will, dan
Ricard mengerti maksud guru mereka. Mereka lalu mendatangi Georgia dan meminta
maaf padanya. Setelah itu, mereka tidak pernah meledek Georgia lagi, juga tidak
menyimpan cermin di mejanya. Tetapi Georgia sudah terlanjur benci bercermin.
Dia membuang semua cermin yang dimilikinya, hingga dia tidak usah bercermin
lagi.
Georgia menjadi
anak yang pemurung, dia selalu tampak bersedih. Hingga suatu malam yang cerah,
Georgia terbangun dari tidurnya. Dia mendengar banyak suara yang memanggilnya.
“Georgia,
bangunlah ….” Begitulah suara-suara itu memanggilnya
Ketika dia membuka
mata, terlihat olehnya banyak makanan tersenyum padanya, mereka bersayap dan
bisa terbang. Georgia bahagia sekali melihat mereka.
“Wow … aku bertemu
para peri makanan,” pikirnya.
“Akhirnya kau
bangun juga Georgia, kami sudah lama menunggumu,” ucap wortel bersayap dengan
suaranya yang indah seperti lonceng.
“Kami sudah tidak
sabar mengajakmu pergi,” ucap Roti bersayap sambil menggenggam tangan Georgia
lembut.
“Kalian akan
membawaku pergi ke mana?” tanya Georgia
“Ke negeri awan,”
jawab sosis terbang sambil tersenyum
“Tapi aku tidak
bisa terbang,” kata Georgia sedih
Tiba-tiba dari
langit masuklah remah-remah makanan yang terbang masuk ke kamar Georgia lewat
jendela. Mereka semua bercahaya dan nampak cantik. Mereka lalu mengelilingi
Georgia.
“Georgia … Georgia
… ingatkah kamu pada kami? Kami adalah remah-remah makanan sisa yang selalu
kamu kumpulkan. Kami yang dibuang ini menjadi berharga untukmu. Karena
kebaikanmu, kami akan menghadiahkan sayap untukmu, agar kamu bisa terbang,”
ucap remah-remah makanan itu, mereka lalu berubah menjadi sayap di punggung
Georgia.
Georgia sangat
bahagia, tubuhnya terasa sangat ringan dan kini dia bisa terbang. Georgia
terbang berputar-putar sambil tertawa.
“Terimakasih,
peri-peri makanan,” katanya
“Georgia, sekarang
kita berangkat ke negeri awan. Bukankah kamu sangat ingin pergi kesana?” tanya
buah pisang terbang.
Mereka kemudian
terbang ke negeri awan. Terbang jauh ke langit. Iring-iringan nya terlihat
seperti sekumpulan bintang yang bersinar terang. Di negeri awan, mereka bermain
bersama bintang dan bulan. Dan kemudian, saat matahari datang sambil bernyanyi
riang, sekumpulan makanan terbang itu mengantar Georgia kembali ke rumah.
Sebelum pergi
sekumpulan peri-peri makanan itu berkata, “Georgia, berjanjilah untuk tidak
bersedih lagi. Ketika kami bersedih, kamu selalu berusaha membuat kami bahagia,
karena itu, saat kamu bersedih, kami ingin membuatmu bahagia. Ingatlah Georgia,
kami selalu menyayangimu.”
Hari itu, Georgia
sangat bahagia, karena dia tahu, saat dia tersenyum, teman-teman makanannya
tentu ikut merasa senang.
Suatu hari,
Georgia sakit dan tidak masuk sekolah. Ibunya membawa Georgia ke dokter.
Menurut dokter, Georgia terkena penyakit kegemukan. Karena itu dia harus
mengurangi porsi makannya. Georgia sedih sekali, dia harus berpisah dengan
kue-kue yang lezat itu, juga dengan burger dan hotdog kesukaannya.
Sepulang dari
dokter, ibunya sangat membatasi makanannya. Tapi terkadang, saat ibunya tidak
bisa mengawasinya, Georgia akan diam-diam makan banyak. Hingga berat badannya
tidak juga menurun, hal itu membuat tubuh Georgia kian hari kian melemah.
Malam itu,
sahabat-sahabat makanannya datang kembali. Tapi ada yang aneh dengan mereka.
Mereka semua menangis. Georgia sangat heran, dia lalu bertanya.
“Kenapa kalian
semua menangis? Adakah sesuatu yang buruk terjadi di negeri awan?”
“Georgia, kami
sangat sedih … sangat sedih …,” ucap para peri makanan
“Kenapa?” tanya
Georgia lagi
“Georgia, kami
sangat ingin membuatmu bahagia. Tapi, karena kami, sekarang kamu malah sakit,”
jelas peri makanan pisang.
“Iya, karena kami,
badanmu semakin lemah,” kata peri makanan roti.
“Kenapa karena
kalian aku sakit?” tanya Georgia tidak mengerti.
“Georgia, karena
kamu makan terlalu banyak, kamu jatuh sakit,” jawab peri makanan wortel.
“Benar … benar,”
sahut peri makanan lain.
“Georgia, makan
itu baik, tetapi kita harus makan sesuai dengan kebutuhan gizi kita. Segala
sesuatu yang berlebihan itu tidak baik,” kata peri makanan sosis.
“Berarti aku harus
kurus ya?” tanya Georgia lagi.
“Georgia, kita
tidak harus kurus, juga tidak harus gemuk. Tapi kita harus sehat. Sehat itu
tidak kurus juga tidak gemuk,” jawab peri makanan pisang.
“Malam ini, kami
tidak bisa menjadi sayapmu, karena badanmu terlalu lemah untuk terbang,” ucap
para peri remah makanan dengan wajah sendu. “Georgia, memang kebahagiaan kami
adalah ketika makanan tidak disisakan, tapi kami lebih bahagia ketika kami bisa
membuat tubuhmu sehat dan kuat. Itulah arti kami sebenarnya di dalam tubuhmu,”
tambah para peri remah makanan.
“Georgia, maaf,
kami tidak bisa menemuimu lagi …kami terlalu sedih. Maaf Georgia … maaf Georgia
…,” ucap para peri makanan sambil terbang menjauh. Cahaya mereka terlihat
semakin meredup.
Georgia sedih
sekali, dia tidak ingin berpisah dengan teman-teman peri makanannya. Paginya,
Georgia sarapan secukupnya, dia tidak mengambil makanan berlebihan. Begitupun
ketika di sekolah. Bahkan ketika Ben mengambil banyak makanan dan
menyisakannya, Georgia lalu memarahi Ben. Georgia, mengambil buku kesayangan
Ben lalu membuangnya ke tempat sampah. Ben kaget, lalu menangis.
“Ben, pernahkah
kamu mendengar makanan menangis? Makanan akan sedih ketika mereka di buang.
Seperti Ben yang merasa sedih karena buku kesayanganmu aku buang.”
Setelah itu Ben,
tidak pernah menyisakan makanan lagi, malah dia selalu mengingatkan teman-teman
yang lain agar selalu menghabiskan makanannya.
Lalu bagaimana dengan Georgia? Georgia sekarang sudah tidak membenci cermin, karena cermin tidak bersalah, dia hanya memperlihatkan dengan jujur apa yang dilihatnya. Georgia tidak sedih dengan keadaan tubuhnya yang besar, karena memiliki tubuh besar bukan berarti jelek, asalkan selalu sehat karena makanan yang dia makan sesuai dengan kebutuhan gizi tubuhnya. Georgia bahagia sekarang, karena dapat kembali bertemu dengan teman-teman perinya. Dan Georgia masih selalu mengumpulkan makanan sisa untuk dibagikan pada para binatang yang kelaparan. Hingga semua orang memanggil Georgia Si Peri Makanan yang baik hati.
TAMAT
PUISI
HARI GIZI NASIONAL
Ladang padi yang sangat subur ….
Buah dan sayuran yang sangat segar melimpah
Itulah hasil negaraku
Tak perlu khawatirkan
Anak anak bangsa ….
Hingga kekurangan gizi
Tak kan pernah terjadi
Senyum kita semua
Melambung tinggi
Menari di udara
Bahwa bumiku tetap Berjaya
Jangan melupakan Kesehatan
Makan makanlah yang bergizi
Agar tubuh menjadi berenergi
PANTUN
JADI ORANG HARUS GIAT
AGAR TAK JAUH DARI REJEKI
MAKANLAH MAKANAN SUMBER KARBOHIDRAT
SETENGAH DARI KEBUTUHAN ENERGI
KALIGRAFI
0 comments:
Posting Komentar