Rabu, 10 Maret 2021

ISRA' MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW


Peristiwa yang terjadi pada 27 Rajab di tahun ke delapan kenabian ini merupakan peristiwa perjalanan suci Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina hingga naik ke Sidratul Muntaha di langit ke tujuh dalam satu malam.

Isra berarti perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerussalem menggunakan Buraq. Selama perjalanan, malaikat Jibril sempat mengajak Nabi Muhammad SAW singgah salat di beberapa tempat seperti Tayyibah, Madyan, Thursina serta Betlehem.

Miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari bumi ke Sidratul Muntaha bersama Malaikat Jibril. Selama menapaki langit ketujuh, Rasulullah sempat bertemu dengan beberapa nabi. Rasulullah bertemu Nabi Adam di langit pertama, Nabi Isa di langit kedua, Nabi Yusuf di langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat, Nabi Harun di langit kelima, dan Nabi Musa di langit keenam.

Selama perjalanan Nabi Muhammad SAW juga dihadapkan dengan berbagai godaan. Godaan pertama, ketika nabi ditawari meminum khamar atau susu, namun Rasulullah lebih memilih susu. Selama perjalanan Nabi Muhammad SAW juga selalu diganggu dengan panggilan dari setan, iblis dan perempuan penggoda.

Sidratul Muntaha di langit ketujuh menjadi akhir perjalanan Nabi Muhammad menerima perintah Allah SWT. 

Perintah yang diterima Rasulullah saat itu yaitu berupa perintah sholat 50 waktu dalam satu hari. Namun ketika menerimanya, Nabi Muhammad SAW diperingatkan oleh Musa untuk memperhatikan kemampuan ummatnya.

Maka saat itu, Nabi Muhammad SAW meminta keringanan pada Allah sehingga perintah sholat menjadi lima waktu dalam sehari. Sejak saat itulah ummat Muslim harus melakukan shalat wajib lima waktu.

Kisah ini semoga dapat mempertebal keimanan dengan tidak meninggalkan shalat lima waktu yang disyariatkan.

Peristiwa Isra Miraj yang tahun ini akan diperingati pada tanggal 12 Maret 2021 ini juga telah tertuang dalam Al-Quran surat Al Isra:

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Demikian kisah Isra Miraj, perjalanan suci Nabi Muhammad SAW yang wajib diketahui umat Islam.

 

KISAH ISRA' MIRAJ

Kisah Isra Mi’raj menurut al-Maududi dan mayoritas ulama terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 Masehi. Mi’raj secara bahasa artinya adalah naik. Secara istilah adalah naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke sidratul muntaha. Dalam Al Qur’an, mi’raj ini disinggung dalam surat An Najm. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, isra (اسرى) atau sara (سرى) artinya adalah perjalanan di malam hari. Secara istilah, isra’ adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.

  سُبْحَانَ الَّ ذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَیْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّ ذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنرِیَهُ مِنْ آَیَاتِنَا إِنَّ هُ هُوَ الَّ سمِیعُ الْبَصِیرُ

 

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Isra‘: 1)

  وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أخْرَى عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى عِنْدَهَا جَنَّ ةُ الْمَأْوَى إِذْ یَغْشَى الِّ سدْرَةَ مَا یَغْشَى مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى لَقَدْ رَأَى مِنْ آَیَاتِ رَبِّ هِ الْكُبْرَى

“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal,

(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm: 13-18)

Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa sidratul muntaha adalah tempat tertinggi di langit yang menjadi batas ujung pengetahuan dan amal aktifitas para makhluk. Tidak seorang makhluk pun mengetahui apa yang ada di belakangnya.

Memulai Malam Isra Mi’raj

Perjalanan isra’ mi’raj menempatkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di kedudukan yang tinggi. Sebuah kedudukan yang mengantarkan beliau pada derajat dengan limpahan kenikmatan. Ditampakkan perkara-perkara gaib yang tidak diketahu manusia selain beliau. Allah Ta’ala berfirman:

 

 {لَقَدْ رَأَى مِنْ آیَاتِ رَبِّ هِ الْكُبْرَى

 

“Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” [Quran An-Najm: 18]. 

Usai shalat isya’ dan beristirahat sejenak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang saat itu berbaring di Masjidil Haram didatangi malaikat Jibril. Dada beliau dibelah 

“Lalu hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air zamzam kemudian dikembalikan ke tempatnya dan memenuhinya dengan iman dan hikmah,” sabda beliau dalam riwayat Imam Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah.

Setelah itu didatangkanlah buraq yang nantinya menjadi kendaraan beliau sewaktu isra. Buraq berarti barq yang artinya kilat.

“Didatangkan kepadaku Buraq –yakni seekor tunggangan berwarna putih, tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal, ia meletakkan langkahnya sejauh pandangannya,” sabda Rasulullah dalam riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik.

Setiba di Masjidil Aqsa, beliau shalat dua rakaat, mengimami ruh para Nabi. Usai shalat dan keluar dari Masjid Al Aqsa, Malaikat Jibril datang membawa dua wadah minuman. Satu berisi susu dan satu lagi khamar. Rasulullah pun memilih susu. “Sungguh engkau telah memilih kesucian,” kata Jibril dalam lanjutan hadits tersebut.

Perjalanan Suci Kisah Isra Mi’raj Nabi Muhammad

Kisah isra mi’raj pun dimulai. Rasulullah naik buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama. Mari kita simak kisah beliau dalam hadits yang panjang, lanjutan dari hadits Shahih Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah di atas.

“Lalu aku dibawa di atas punggung Buraq dan Jibril pun berangkat bersamaku hingga aku sampai ke langit dunia lalu dia meminta dibukakan pintu langit.“

Dia ditanya, “Siapakah ini?”

Ia menjawab, “Jibril.”

Jibril ditanya lagi, “Siapakah yang bersamamu?”

Jibril menjawab, “Muhammad.”

“Apakah dia telah diutus?”

“Dia telah diutus.”

Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Adam ‘alaihis salam. Ia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit kedua. Maka Jibril minta dibukakan pintu.

“Siapakah ini?”

“Jibril.”

“Siapakah yang bersamamu?”

“Muhammad.”

“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”

“Dia telah diutus kepadaNya.”

Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan dua orang sepupuku yaitu Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria ‘alaihimussalam. Maka keduanya menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit ketiga. Maka Jibril minta dibukakan pintu.

“Siapakah ini?”

“Jibril.”

“Siapakah yang bersamamu?”

“Muhammad.”

“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”

“Dia telah diutus kepadaNya.”

Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Yusuf yang telah dianugerahi setengah dari ketampanan manusia sejagat. Maka Yusuf menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Lalu berlanjut hingga di langit ke tujuh.

Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul makmur. Di mana tempat itu setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat dan mereka tidak kembali lagi sesudahnya.

Menuju Sidratul Muntaha

Kemudian Buraq tersebut pergi bersamaku ke sidratul muntaha yang lebar daun-daunnya seperti telinga gajah dan besar buah-buahnya seperti tempayan besar. Tatkala perintah Allah memenuhi sidratul muntaha, sidratul muntaha berubah dan tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat Sidratul Muntaha karena keindahannya. Maka Allah memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku sholat 50 kali dalam sehari semalam.

Kemudian aku turun dan bertemu Musa lalu ia bertanya, “Apa yang diwajibkan Rabbmu terhadap umatmu?”

Aku menjawab, “Sholat 50 kali.”

Musa berkata, “Kembalilah kepada Rabbmu, mintalah keringanan karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Sesungguhnya aku telah menguji Bani Israel dan aku telah mengetahui bagaimana kenyataan mereka.”

“Aku akan kembali kepada Rabbku.”

Lalu aku memohon, “Ya Rabb, berilah keringanan kepada umatku.” Aku diberi keringanan lima sholat. Lalu aku kembali kepada Musa ‘alaihis salam. Aku berkata kepadanya, “Allah telah memberikan keringanan lima kali.” Musa mengatakan, “Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka kembalilah kepada Rabbmu dan minta keringanan.”

Aku terus bolak-balik antara Rabbku dengan Musa hingga Rabbku berfirman, “Wahai Muhammad sesungguhnya kewajiban sholat itu lima kali dalam sehari semalam. Setiap sholat mendapat pahala 10 kali lipat, maka 5 kali sholat sama dengan 50 kali sholat. Barangsiapa berniat melakukan satu kebaikan yang dia tidak melaksanakannya maka dicatat untuknya satu kebaikan. Dan jika ia melaksanakannya, maka dicatat untuknya sepuluh kebaikan. Barangsiapa berniat melakukan satu kejelekan namun dia tidak melaksanakannya maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali. Dan jika ia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejelekkan.”

Kemudian aku turun hingga bertemu Musa lalu aku beritahukan kepadanya. Maka ia mengatakan, “Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan lagi.”

Aku menjawab, “Aku telah berulang kali kembali kepada Rabbku hingga aku merasa malu kepadaNya.”

Hal-Hal Gaib di Kisah Isra Mi’raj

Pertama: Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Melihat Jibril dengan Wujud Aslinya

Penampakan Jibril ‘alaihissalam dengan wujud aslinya adalah salah satu dari tanda-tanda besar kekuasaan Allah. Rasulullah menyaksikan hal itu pada malam perjalanan yang suci itu. Di saat isra’ dan mi’raj. Biasanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu Jibril dalam wujud manusia. Ia sering datang dalam wujud Dihyah al-Kalbi radhiallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

  وَإِنَّ هُ لَجِبْرِیلُ عَلَیْهِ الَّ سلاَمُ نَزَلَ فِي صُورَةِ دِحْیَةَ الْكَلْبِ ِّ ي

“Sesungguhnya dia itu Jibril. Ia turun dengan tampilan Dihyah al-Kalbi.” (HR. An-Nasai dalam Kitab al-Iman wa Syara’ihi, Shifatul Iman wal Islam (11722) dishahihkan al-Albani). 

Kedatangan Jibril dengan wujud manusia, apalagi dalam tampilan sahabat Nabi, adalah cara Allah dalam menjaga kondisi batin Nabi. Karena manusia akan merasa nyaman dengan manusia. Efek psikis yang ditimbulkan saat berinteraksi dengan manusa, tentu akan berbeda dengan interaksi dengan malaikat. Apalagi dengan wujud asli mereka.

Tapi di lain sisi, Allah hendak memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sesuatu yang istimewa. Sesuatu yang tak pernah kita dengar pernah terjadi pada keturunan Adam yang lainnya. Yaitu melihat Jibril ‘alaihissalam dengan wujud aslinya.

Apa yang beliau lihat kemudian dikabarkan kepada kita. Tentu hal ini menjadi ujian. Apakah kita akan membenarkan keajaiban yang beliau sampaikan. Atau malah menolaknya. Terdapat sebuah riwayat dari Muslim tentang penjelasan Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha. Dari Masruq, ia bertanya pada Aisyah:

  فَأَیْنَ قَوْلهُ؟ {ثَّ م دَنَا فَتَدَلَّ ى (8) فَكَانَ قَابَ قَوْسَیْنِ أَوْ أَدْنَى (9) فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى} [النجم: 8 -10]، قَالَتْ: “إِنَّ مَا ذَاكَ جِبْرِیلُ علیه السلام كَانَ یَأْتِیهِ فِي صُورَةِ الِّ رجَالِ، وَإِنَّ هُ أَتَاهُ فِي هَذِهِ الْمََّ رةِ فِي صُورَتِهِ الَّ تِي هِيَ صُورَتهُ فَسََّ د أفقَ الَّ سمَاءِ

 

“Bagaimana dengan firman Allah: ‘Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.” [Quran An-Najm: 10].

Aisyah menjawab, “Sesungguhnya yang dimaksud adalah Jibril ‘alaihissalam. Biasanya ia datang menemui Nabi dalam sosok seorang laki-laki. Tapi pada kesempatan itu, ia menemuinya dengan wujud aslinya yang menutupi langit’.” (HR. Muslim dalam Kitabul Iman, 177).

Pertemuan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Jibril dalam wujud aslinya untuk kali kedua terjadi di sisi Sidrataul Muntaha. Diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdullah bin Mas’ud dengan sanad yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 رَأَیْتُ جِبْرِیلَ عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى، عَلَیْهِ سِتُّ مِائَةِ جَنَاحٍ، ینْتَثَرُ مِنْ رِیشِهِ التَّ هَاوِیلُ: الُّ دُّ ر وَالْیَاقوتُ

“Aku melihat Jibril di sisi Sidratul Muntaha. Ia memiliki 600 sayap. Dari bulu sayapnya bertaburan permata dan batu-batu mulia.” (HR. Ahmad 3915 dan selainnya)

Kedua: Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Melihat Baitul Ma’mur di Kisah Isra Mi’raj

Dalam perjalanan isra’ mi’raj ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Beliau lihat bapak para nabi itu tengah bersandar di Baitul Ma’mur. Terjadilah dialog antara kedua rasul. Sebagaimana yang sudah kita bahas di artikel sebelumnya. Namun, ada poin penting lainnya dalam kejadian tersebut yang belum kita bahas. Yaitu tentang Baitul Ma’mur. Apa itu Baitul Ma’mur?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

  ثَّ م رُفِعَ لِي البَیْتُ المَعْمُورُ”. وفي روایة مسلم: “ثَّ م رُفِعَ لِي الْبَیْتُ الْمَعْمُورُ، فَقلْتُ: یَا جِبْرِیلُ مَا هَذَا؟ قَالَ: هَذَا الْبَیْتُ الْمَعْمُورُ یَدْخُلهُ كَُّ ل یَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، إِذَا خَرَجُوا مِنْهُ لَمْ یَعُودُوا فِیهِ آخِرُ مَا عَلَیْهِمْ

“Kemudian aku dinaikkan menuju Baitul Ma’mur.” Dalam riwayat lain, “Kemudian ditampakkan padaku Baitul Ma’mur. Aku bertanya, ‘Apa ini Jibril?’ Ia menjawab, ‘Ini adalah Baitul Ma’mur yang setiap hari dimasuki oleh 70.000 malaikat. Jika mereka telah memasukinya, mereka tak akan kembali. Itulah kali pertama dan untuk terakhir mereka masuk ke dalamnya’.”

 

Dalam riwayat an-Nasai terdapat keterangan tambahan:  إِذَا خَرَجُوا مِنْهُ لاَ یَعُودُونَ إِلَیْهِ أَبَدًا

 

“Kalau mereka telah keluar dari Baitul Ma’mur, mereka tak akan kembali lagi selama-lamanya.” (HR. an-Nasai dalam Kitab at-Tafsir Surat ath-Thur (11530) dari Anas radhiallahu ‘anhu).

Malaikat hanya sakali seumur hidup mereka memasuki Baitul Ma’mur. Teringat akan kewajiban yang Allah berikan kepada kita, wajib ke Baitullah al-Haram seumur hidup satu kali. Hanya saja bedanya, kita bisa dan diizinkan untuk melakukannya lebih dari satu kali.

Merenungkan hadits ini menimbulkan rasa khusyuk dan tunduk kepada Allah Ta’ala. Sejak Baitul Ma’mur diciptakan, setiap hari 70.000 malaikat memasukinya. Dan tidak mengulanginya. Alangkah banyaknya jumlah malaikat-malaikat yang mereka itu sangat taat dan tunduk kepada Allah. Dan kita juga semakin memahami sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

  إِنِّ ي أَرَى مَا لاَ تَرَوْنَ، وَأَسْمَعُ مَا لاَ تَسْمَعُونَ أَ َّ طتِ الَّ سمَاءُ، وَحُ َّ ق لَهَا أَنْ تَئِ َّ ط مَا فِیهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلاَّ  وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ . سَاجِدًا ﷲِِ

 

“Sesungguhnya aku melihat apa yang tak kalian lihat. Aku mendengar apa yang tak kalian dengar. Langit itu merintih. Dan sudah sewajarnya ia merintih. Tidak ada tempat tersisa empat jari pun kecuali ada malaikat yang meletakkan dahinya sujud kepada Allah.” (HR. at-Turmudzi dalam Kitab az-Zuhd 2312 dan selainnya).

Saking banyaknya jumlah malaikat yang memadati langit, langit pun layak untuk merintih.

Jadi, beliau melihat Baitul Ma’mur sebanyak dua kali. Saat perjumpaan dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Saat itu, beliau hanya bertanya tentang Nabi Ibrahim. Karena Nabi Ibrahimlah yang jadi inti pertemuan kali itu. Kemudian saat naik ke Sidraul Muntaha, disitulah beliau melihat Baitul Ma’mur dengan lebih jelas.

Lalu seperti apa bentuk Baitul Ma’mur itu? Baitul Ma’mur adalah sesuatu yang gaib. Kita tidak bisa mengetahui dengan cara rekaan dan khayalan. Satu-satunya cara untuk mengetahui seperti apa Baitul Ma’mur itu adalah melalui wahyu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

  وَال ُّ طورِ (1) وَكِتَابٍ مَسْطُورٍ (2) فِي رَ ٍّ ق مَنْشُورٍ (3) وَالْبَیْتِ الْمَعْمُورِ (4) وَالَّ سقْفِ الْمَرْفوعِ (5) وَالْبَحْرِ الْمَسْجُورِ (6) إَِّ ن عَذَابَ

 {رَبِّ كَ لَوَاقِعٌ

 

“Demi bukit, dan Kitab yang ditulis, pada lembaran yang terbuka, dan demi Baitul Ma’mur, dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api. Sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi.” [Quran Ath-Thur: 1-7].

Dalam surat ini Allah bersumpah dengan menyebut Baitul Ma’mur. Sumpah Allah dengan menggunakan makhluknya menunjukkan bahwa makhluk itu besar dan agung.

Diantara Tiga Pilihan (Khamr, Susu, dan Madu)

Saat di Baitul Maqdis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dihidangkan susu dan khamr.

Kemudian beliau memilih susu. Di langit ketujuh, beliau kembali mendapat jamuan demikian. Hanya saja bedanya, saat di langit tidak disebutkan beliau mengalami haus seperti ketika di dunia. Jadi jamuan ini seakan pemuliaan dan sambutan setelah beliau menyaksikan banyak hal yang menakjubkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

  ثَّ م أتِیتُ بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ، وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ، وَإِنَاءٍ مِنْ عَسَلٍ، فَأَخَذْتُ اللَّ بَنَ فَقَالَ: هِيَ الفِطْرَةُ الَّ تِي أَنْتَ عَلَیْهَا وَأَّ متكَ

 

“Setelah itu aku diberi wadah yang berisi khamr, susu, dan madu. Aku mengambil wadah yang berisi susu. Jibril berkata, ‘Itu adalah fitrah, yang engkau dan umatmu berada di atasnya.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-Shahabah, Bab al-Mi’raj, 3674).

PUISI

Pertemuan

Karya : PT

Malam sepi nan sejuk

Semua orang nampak asik dengan mimpi

Seorang baginda yang diutus Allah

Pergi menuju Masjid Al-Aqsa

Dengan menunggangi seekor hewan

Lagi cepat nan kencang

Didampingi oleh Malaikat

 

Dari Masjid Al-Aqsa

Menuju langit ketujuh

Langit penuh dengan kemuliaan

Malaikat bertasbih

Semerbak harum bertebaran

Hawa sejuk nan indah terbentang

 

Allah memerintahkan umatmu

Untuk menjalankan kewajiban

Yaitu shalat 5 waktu

17 rakaat

Kewajiban bagi seluruh umat muslim

  


PANTUN

Mencari berkah merajut asa,
Bersimpuh Abi diam bersalam,

Dari Mekkah ke Masjidil Aqsa,
Ditempuh Nabi Dalam Semalam

 

Mari sholawat jangan mengeluh,
Sebagai ibadah untuk akhirat,

Nabi diangkat kelangit ketujuh,
Dapat perintah mewajibkan sholat.


POSTER





KALIGRAFI





KELOMPOK LIFE BOY :

     Mohammad Zufar

     Febri Miftahur Rahmat

     Fairus El Had

     Adi Mirza Wibawa

     Muhammad Karim Bilhaq

     Zulfa Aziz Al Khawarizmi

     Ganindra Muhammad Izzulhaq Bayhaqi

     Mufti Muammarul Haq











1 komentar:

Contact

Talk to us

Hubungi kami untuk kritik dan saran

Address:

Jl. Sumpah Pemuda No.62, Kadipiro, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57136

Work Time:

Every Day

Diberdayakan oleh Blogger.

MUHADOROH KUBRO 2023

MUHADOROH KUBRO 2023        Dalam era globalisasi dan perubahan sosial yang signifikan, pemahaman tentang ajaran Islam dan bahasa sering k...

Cari Blog Ini