ISRA' MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW
Peristiwa yang terjadi pada 27 Rajab di tahun ke delapan kenabian ini
merupakan peristiwa perjalanan suci Nabi
Muhammad SAW
dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina hingga naik ke
Sidratul Muntaha di langit ke tujuh dalam satu malam.
Isra berarti perjalanan
Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerussalem
menggunakan Buraq. Selama perjalanan, malaikat Jibril sempat mengajak Nabi
Muhammad SAW singgah salat di beberapa tempat seperti Tayyibah, Madyan,
Thursina serta Betlehem.
Miraj adalah
perjalanan Nabi Muhammad SAW dari bumi ke Sidratul Muntaha bersama
Malaikat Jibril. Selama menapaki langit ketujuh, Rasulullah sempat bertemu
dengan beberapa nabi. Rasulullah bertemu Nabi Adam di langit pertama, Nabi Isa
di langit kedua, Nabi Yusuf di langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat,
Nabi Harun di langit kelima, dan Nabi Musa di langit keenam.
Selama perjalanan Nabi Muhammad SAW
juga dihadapkan dengan berbagai godaan. Godaan pertama, ketika nabi ditawari
meminum khamar atau susu, namun Rasulullah lebih memilih susu. Selama
perjalanan Nabi Muhammad SAW juga selalu diganggu dengan panggilan dari
setan, iblis dan perempuan penggoda.
Sidratul Muntaha di langit ketujuh
menjadi akhir perjalanan Nabi Muhammad menerima perintah Allah SWT.
Perintah yang diterima Rasulullah
saat itu yaitu berupa perintah sholat 50 waktu dalam satu hari. Namun ketika
menerimanya, Nabi Muhammad SAW diperingatkan oleh Musa untuk memperhatikan
kemampuan ummatnya.
Maka saat itu, Nabi Muhammad SAW
meminta keringanan pada Allah sehingga perintah sholat menjadi lima waktu dalam
sehari. Sejak saat itulah ummat Muslim harus melakukan shalat wajib lima waktu.
Kisah ini semoga dapat mempertebal
keimanan dengan tidak meninggalkan shalat lima waktu yang disyariatkan.
Peristiwa Isra Miraj yang tahun ini
akan diperingati pada tanggal 12 Maret 2021 ini juga telah tertuang dalam
Al-Quran surat Al Isra:
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah
Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda
kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Demikian
kisah Isra Miraj, perjalanan suci Nabi Muhammad SAW yang wajib diketahui umat
Islam.
KISAH ISRA' MIRAJ
Kisah Isra Mi’raj menurut
al-Maududi dan mayoritas ulama terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu
antara tahun 620-621 Masehi. Mi’raj secara bahasa artinya adalah naik. Secara
istilah adalah naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke sidratul
muntaha. Dalam Al Qur’an, mi’raj ini disinggung dalam surat An Najm. Syaikh
Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, isra (اسرى) atau sara (سرى) artinya adalah
perjalanan di malam hari. Secara istilah, isra’ adalah perjalanan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke
Masjidil Aqsa di Palestina.
سُبْحَانَ الَّ ذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ
لَیْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّ ذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنرِیَهُ مِنْ آَیَاتِنَا إِنَّ هُ هُوَ الَّ
سمِیعُ الْبَصِیرُ
“Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil
Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Isra‘: 1)
وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أخْرَى عِنْدَ
سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى عِنْدَهَا جَنَّ ةُ الْمَأْوَى إِذْ یَغْشَى الِّ سدْرَةَ
مَا یَغْشَى مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى لَقَدْ رَأَى مِنْ آَیَاتِ رَبِّ هِ
الْكُبْرَى
“Dan sesungguhnya Muhammad telah
melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di
Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal,
(Muhammad melihat Jibril) ketika
Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya
(muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang
paling besar.” (QS. An-Najm: 13-18)
Ketika menafsirkan ayat ini,
Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa sidratul muntaha adalah tempat
tertinggi di langit yang menjadi batas ujung pengetahuan dan amal aktifitas
para makhluk. Tidak seorang makhluk pun mengetahui apa yang ada di belakangnya.
Memulai Malam Isra Mi’raj
Perjalanan isra’ mi’raj
menempatkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di kedudukan yang
tinggi. Sebuah kedudukan yang mengantarkan beliau pada derajat dengan limpahan
kenikmatan. Ditampakkan perkara-perkara gaib yang tidak diketahu manusia selain
beliau. Allah Ta’ala berfirman:
{لَقَدْ رَأَى مِنْ آیَاتِ رَبِّ هِ الْكُبْرَى
“Sesungguhnya dia telah melihat
sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” [Quran An-Najm:
18].
Usai shalat isya’ dan
beristirahat sejenak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang saat itu
berbaring di Masjidil Haram didatangi malaikat Jibril. Dada beliau dibelah
“Lalu hatiku dikeluarkan dan
dicuci dengan air zamzam kemudian dikembalikan ke tempatnya dan memenuhinya
dengan iman dan hikmah,” sabda beliau dalam riwayat Imam Bukhari dari Malik bin
Sha’sha’ah.
Setelah itu didatangkanlah buraq
yang nantinya menjadi kendaraan beliau sewaktu isra. Buraq berarti barq yang
artinya kilat.
“Didatangkan kepadaku Buraq
–yakni seekor tunggangan berwarna putih, tinggi, lebih tinggi dari keledai dan
lebih pendek dari bighal, ia meletakkan langkahnya sejauh pandangannya,” sabda
Rasulullah dalam riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik.
Setiba di Masjidil Aqsa, beliau
shalat dua rakaat, mengimami ruh para Nabi. Usai shalat dan keluar dari Masjid
Al Aqsa, Malaikat Jibril datang membawa dua wadah minuman. Satu berisi susu dan
satu lagi khamar. Rasulullah pun memilih susu. “Sungguh engkau telah memilih
kesucian,” kata Jibril dalam lanjutan hadits tersebut.
Perjalanan Suci Kisah Isra Mi’raj
Nabi Muhammad
Kisah isra mi’raj pun dimulai.
Rasulullah naik buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama. Mari kita
simak kisah beliau dalam hadits yang panjang, lanjutan dari hadits Shahih
Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah di atas.
“Lalu aku dibawa di atas punggung
Buraq dan Jibril pun berangkat bersamaku hingga aku sampai ke langit dunia lalu
dia meminta dibukakan pintu langit.“
Dia ditanya, “Siapakah ini?”
Ia menjawab, “Jibril.”
Jibril ditanya lagi, “Siapakah
yang bersamamu?”
Jibril menjawab, “Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus?”
“Dia telah diutus.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu
aku bertemu Nabi Adam ‘alaihis salam. Ia menyambutku dan mendoakan kebaikan
untukku.
Kemudian Buraq tersebut naik
bersama kami ke langit kedua. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril.”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus
kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu
aku bertemu dengan dua orang sepupuku yaitu Isa bin Maryam dan Yahya bin
Zakaria ‘alaihimussalam. Maka keduanya menyambutku dan mendoakan kebaikan
untukku.
Kemudian Buraq tersebut naik
bersama kami ke langit ketiga. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril.”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus
kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu
aku bertemu Nabi Yusuf yang telah dianugerahi setengah dari ketampanan manusia
sejagat. Maka Yusuf menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Lalu berlanjut hingga di langit
ke tujuh.
Kami pun dibukakan pintu, lalu
aku bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang sedang menyandarkan
punggungnya di Baitul makmur. Di mana tempat itu setiap harinya dimasuki oleh
70.000 malaikat dan mereka tidak kembali lagi sesudahnya.
Menuju Sidratul Muntaha
Kemudian Buraq tersebut pergi
bersamaku ke sidratul muntaha yang lebar daun-daunnya seperti telinga gajah dan
besar buah-buahnya seperti tempayan besar. Tatkala perintah Allah memenuhi
sidratul muntaha, sidratul muntaha berubah dan tidak ada seorangpun dari
makhluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat Sidratul Muntaha karena
keindahannya. Maka Allah memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku sholat 50 kali
dalam sehari semalam.
Kemudian aku turun dan bertemu
Musa lalu ia bertanya, “Apa yang diwajibkan Rabbmu terhadap umatmu?”
Aku menjawab, “Sholat 50 kali.”
Musa berkata, “Kembalilah kepada
Rabbmu, mintalah keringanan karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu
melakukan hal itu. Sesungguhnya aku telah menguji Bani Israel dan aku telah
mengetahui bagaimana kenyataan mereka.”
“Aku akan kembali kepada Rabbku.”
Lalu aku memohon, “Ya Rabb,
berilah keringanan kepada umatku.” Aku diberi keringanan lima sholat. Lalu aku
kembali kepada Musa ‘alaihis salam. Aku berkata kepadanya, “Allah telah
memberikan keringanan lima kali.” Musa mengatakan, “Sesungguhnya umatmu tidak
akan mampu melakukan hal itu, maka kembalilah kepada Rabbmu dan minta
keringanan.”
Aku terus bolak-balik antara
Rabbku dengan Musa hingga Rabbku berfirman, “Wahai Muhammad sesungguhnya
kewajiban sholat itu lima kali dalam sehari semalam. Setiap sholat mendapat
pahala 10 kali lipat, maka 5 kali sholat sama dengan 50 kali sholat.
Barangsiapa berniat melakukan satu kebaikan yang dia tidak melaksanakannya maka
dicatat untuknya satu kebaikan. Dan jika ia melaksanakannya, maka dicatat
untuknya sepuluh kebaikan. Barangsiapa berniat melakukan satu kejelekan namun
dia tidak melaksanakannya maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali. Dan
jika ia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejelekkan.”
Kemudian aku turun hingga bertemu
Musa lalu aku beritahukan kepadanya. Maka ia mengatakan, “Kembalilah kepada
Rabbmu dan mintalah keringanan lagi.”
Aku menjawab, “Aku telah berulang
kali kembali kepada Rabbku hingga aku merasa malu kepadaNya.”
Hal-Hal Gaib di Kisah Isra Mi’raj
Pertama: Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Melihat Jibril dengan Wujud Aslinya
Penampakan Jibril ‘alaihissalam
dengan wujud aslinya adalah salah satu dari tanda-tanda besar kekuasaan Allah.
Rasulullah menyaksikan hal itu pada malam perjalanan yang suci itu. Di saat
isra’ dan mi’raj. Biasanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu
Jibril dalam wujud manusia. Ia sering datang dalam wujud Dihyah al-Kalbi
radhiallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنَّ هُ لَجِبْرِیلُ عَلَیْهِ الَّ سلاَمُ
نَزَلَ فِي صُورَةِ دِحْیَةَ الْكَلْبِ ِّ ي
“Sesungguhnya dia itu Jibril. Ia
turun dengan tampilan Dihyah al-Kalbi.” (HR. An-Nasai dalam Kitab al-Iman wa
Syara’ihi, Shifatul Iman wal Islam (11722) dishahihkan al-Albani).
Kedatangan Jibril dengan wujud
manusia, apalagi dalam tampilan sahabat Nabi, adalah cara Allah dalam menjaga
kondisi batin Nabi. Karena manusia akan merasa nyaman dengan manusia. Efek
psikis yang ditimbulkan saat berinteraksi dengan manusa, tentu akan berbeda
dengan interaksi dengan malaikat. Apalagi dengan wujud asli mereka.
Tapi di lain sisi, Allah hendak
memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sesuatu yang
istimewa. Sesuatu yang tak pernah kita dengar pernah terjadi pada keturunan
Adam yang lainnya. Yaitu melihat Jibril ‘alaihissalam dengan wujud aslinya.
Apa yang beliau lihat kemudian
dikabarkan kepada kita. Tentu hal ini menjadi ujian. Apakah kita akan
membenarkan keajaiban yang beliau sampaikan. Atau malah menolaknya. Terdapat
sebuah riwayat dari Muslim tentang penjelasan Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu
‘anha. Dari Masruq, ia bertanya pada Aisyah:
فَأَیْنَ قَوْلهُ؟ {ثَّ م دَنَا فَتَدَلَّ ى (8) فَكَانَ قَابَ قَوْسَیْنِ
أَوْ أَدْنَى (9) فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ
مَا أَوْحَى} [النجم: 8 -10]، قَالَتْ: “إِنَّ مَا
ذَاكَ جِبْرِیلُ علیه السلام كَانَ یَأْتِیهِ فِي صُورَةِ الِّ رجَالِ، وَإِنَّ هُ
أَتَاهُ فِي هَذِهِ الْمََّ رةِ فِي صُورَتِهِ الَّ تِي
هِيَ صُورَتهُ فَسََّ د أفقَ الَّ سمَاءِ
“Bagaimana dengan firman Allah:
‘Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. maka jadilah dia dekat (pada
Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia
menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.” [Quran
An-Najm: 10].
Aisyah menjawab, “Sesungguhnya
yang dimaksud adalah Jibril ‘alaihissalam. Biasanya ia datang menemui Nabi
dalam sosok seorang laki-laki. Tapi pada kesempatan itu, ia menemuinya dengan
wujud aslinya yang menutupi langit’.” (HR. Muslim dalam Kitabul Iman, 177).
Pertemuan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan Jibril dalam wujud aslinya untuk kali kedua terjadi di
sisi Sidrataul Muntaha. Diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdullah bin Mas’ud dengan
sanad yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَأَیْتُ جِبْرِیلَ عِنْدَ سِدْرَةِ
الْمُنْتَهَى، عَلَیْهِ سِتُّ مِائَةِ جَنَاحٍ، ینْتَثَرُ مِنْ رِیشِهِ التَّ
هَاوِیلُ: الُّ دُّ ر وَالْیَاقوتُ
“Aku melihat Jibril di sisi
Sidratul Muntaha. Ia memiliki 600 sayap. Dari bulu sayapnya bertaburan permata
dan batu-batu mulia.” (HR. Ahmad 3915 dan selainnya)
Kedua: Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam Melihat Baitul Ma’mur di Kisah Isra Mi’raj
Dalam perjalanan isra’ mi’raj
ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Beliau lihat bapak para nabi itu tengah bersandar di Baitul Ma’mur. Terjadilah
dialog antara kedua rasul. Sebagaimana yang sudah kita bahas di artikel
sebelumnya. Namun, ada poin penting lainnya dalam kejadian tersebut yang belum
kita bahas. Yaitu tentang Baitul Ma’mur. Apa itu Baitul Ma’mur?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ثَّ م رُفِعَ لِي البَیْتُ المَعْمُورُ”. وفي
روایة مسلم: “ثَّ م رُفِعَ لِي الْبَیْتُ الْمَعْمُورُ، فَقلْتُ: یَا جِبْرِیلُ
مَا هَذَا؟ قَالَ: هَذَا الْبَیْتُ الْمَعْمُورُ یَدْخُلهُ كَُّ ل یَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، إِذَا خَرَجُوا مِنْهُ لَمْ
یَعُودُوا فِیهِ آخِرُ مَا عَلَیْهِمْ
“Kemudian aku dinaikkan menuju
Baitul Ma’mur.” Dalam riwayat lain, “Kemudian ditampakkan padaku Baitul Ma’mur.
Aku bertanya, ‘Apa ini Jibril?’ Ia menjawab, ‘Ini adalah Baitul Ma’mur yang
setiap hari dimasuki oleh 70.000 malaikat. Jika mereka telah memasukinya,
mereka tak akan kembali. Itulah kali pertama dan untuk terakhir mereka masuk ke
dalamnya’.”
Dalam riwayat an-Nasai terdapat
keterangan tambahan: إِذَا خَرَجُوا مِنْهُ لاَ یَعُودُونَ إِلَیْهِ
أَبَدًا
“Kalau mereka telah keluar dari
Baitul Ma’mur, mereka tak akan kembali lagi selama-lamanya.” (HR. an-Nasai
dalam Kitab at-Tafsir Surat ath-Thur (11530) dari Anas radhiallahu ‘anhu).
Malaikat hanya sakali seumur
hidup mereka memasuki Baitul Ma’mur. Teringat akan kewajiban yang Allah berikan
kepada kita, wajib ke Baitullah al-Haram seumur hidup satu kali. Hanya saja
bedanya, kita bisa dan diizinkan untuk melakukannya lebih dari satu kali.
Merenungkan hadits ini
menimbulkan rasa khusyuk dan tunduk kepada Allah Ta’ala. Sejak Baitul Ma’mur
diciptakan, setiap hari 70.000 malaikat memasukinya. Dan tidak mengulanginya.
Alangkah banyaknya jumlah malaikat-malaikat yang mereka itu sangat taat dan
tunduk kepada Allah. Dan kita juga semakin memahami sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنِّ ي أَرَى مَا لاَ تَرَوْنَ، وَأَسْمَعُ
مَا لاَ تَسْمَعُونَ أَ َّ طتِ الَّ سمَاءُ، وَحُ َّ ق
لَهَا أَنْ تَئِ َّ ط مَا فِیهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ
أَصَابِعَ إِلاَّ وَمَلَكٌ وَاضِعٌ
جَبْهَتَهُ . سَاجِدًا ﷲِِ
“Sesungguhnya aku melihat apa
yang tak kalian lihat. Aku mendengar apa yang tak kalian dengar. Langit itu
merintih. Dan sudah sewajarnya ia merintih. Tidak ada tempat tersisa empat jari
pun kecuali ada malaikat yang meletakkan dahinya sujud kepada Allah.” (HR.
at-Turmudzi dalam Kitab az-Zuhd 2312 dan selainnya).
Saking banyaknya jumlah malaikat
yang memadati langit, langit pun layak untuk merintih.
Jadi, beliau melihat Baitul
Ma’mur sebanyak dua kali. Saat perjumpaan dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Saat itu, beliau hanya bertanya tentang Nabi Ibrahim. Karena Nabi Ibrahimlah
yang jadi inti pertemuan kali itu. Kemudian saat naik ke Sidraul Muntaha,
disitulah beliau melihat Baitul Ma’mur dengan lebih jelas.
Lalu seperti apa bentuk Baitul
Ma’mur itu? Baitul Ma’mur adalah sesuatu yang gaib. Kita tidak bisa mengetahui
dengan cara rekaan dan khayalan. Satu-satunya cara untuk mengetahui seperti apa
Baitul Ma’mur itu adalah melalui wahyu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَال ُّ طورِ
(1) وَكِتَابٍ مَسْطُورٍ (2) فِي رَ ٍّ ق مَنْشُورٍ (3) وَالْبَیْتِ الْمَعْمُورِ
(4) وَالَّ سقْفِ الْمَرْفوعِ
(5) وَالْبَحْرِ الْمَسْجُورِ
(6) إَِّ ن عَذَابَ
{رَبِّ كَ لَوَاقِعٌ
“Demi bukit, dan Kitab yang
ditulis, pada lembaran yang terbuka, dan demi Baitul Ma’mur, dan atap yang
ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api. Sesungguhnya azab
Tuhanmu pasti terjadi.” [Quran Ath-Thur: 1-7].
Dalam surat ini Allah bersumpah
dengan menyebut Baitul Ma’mur. Sumpah Allah dengan menggunakan makhluknya
menunjukkan bahwa makhluk itu besar dan agung.
Diantara Tiga Pilihan (Khamr,
Susu, dan Madu)
Saat di Baitul Maqdis, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dihidangkan susu dan khamr.
Kemudian beliau memilih susu. Di
langit ketujuh, beliau kembali mendapat jamuan demikian. Hanya saja bedanya,
saat di langit tidak disebutkan beliau mengalami haus seperti ketika di dunia.
Jadi jamuan ini seakan pemuliaan dan sambutan setelah beliau menyaksikan banyak
hal yang menakjubkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَّ م أتِیتُ بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ، وَإِنَاءٍ
مِنْ لَبَنٍ، وَإِنَاءٍ مِنْ عَسَلٍ، فَأَخَذْتُ اللَّ بَنَ
فَقَالَ: هِيَ الفِطْرَةُ الَّ تِي أَنْتَ عَلَیْهَا وَأَّ
متكَ
“Setelah itu aku diberi wadah
yang berisi khamr, susu, dan madu. Aku mengambil wadah yang berisi susu. Jibril
berkata, ‘Itu adalah fitrah, yang engkau dan umatmu berada di atasnya.” (HR.
al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-Shahabah, Bab al-Mi’raj, 3674).
PUISI
Pertemuan
Karya : PT
Malam sepi nan sejuk
Semua orang nampak asik dengan mimpi
Seorang baginda yang diutus Allah
Pergi menuju Masjid Al-Aqsa
Dengan menunggangi seekor hewan
Lagi cepat nan kencang
Didampingi oleh Malaikat
Dari Masjid Al-Aqsa
Menuju langit ketujuh
Langit penuh dengan kemuliaan
Malaikat bertasbih
Semerbak harum bertebaran
Hawa sejuk nan indah terbentang
Allah memerintahkan umatmu
Untuk menjalankan kewajiban
Yaitu shalat 5 waktu
17 rakaat
Kewajiban bagi seluruh umat muslim
PANTUN
Mencari
berkah merajut asa,
Bersimpuh Abi diam bersalam,
Dari Mekkah ke Masjidil Aqsa,
Ditempuh Nabi Dalam Semalam
Mari
sholawat jangan mengeluh,
Sebagai ibadah untuk akhirat,
Nabi diangkat kelangit
ketujuh,
Dapat perintah mewajibkan
sholat.
POSTER
KALIGRAFI
KELOMPOK LIFE BOY :
●
Mohammad Zufar
●
Febri Miftahur Rahmat
●
Fairus El Had
●
Adi Mirza Wibawa
●
Muhammad Karim Bilhaq
●
Zulfa Aziz Al Khawarizmi
●
Ganindra Muhammad Izzulhaq Bayhaqi
●
Mufti Muammarul Haq